Sejarah Desa

Desa Pandan Lagan merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kecamatan Geragai, Provinsi Jambi. Desa Pandan Lagan awalnya bernama Desa Simpang Pandan Tiga yang berdiri pada tahun 1982. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1987, nama desa ini resmi diganti menjadi Desa Pandan Lagan atas usulan seorang tokoh desa sekaligus seniman, yaitu Bapak Tohirin. Nama Pandan Lagan diambil dari dua kata, yakni pandan yang merujuk pada kerajinan tikar pandan yang menjadi pekerjaan utama masyarakat saat itu, serta lagan yang berarti sungai, karena desa ini dikelilingi oleh aliran sungai yang mendukung kehidupan masyarakat.

Pada masa awal berdirinya desa ini hanya terbagi menjadi dua blok, yaitu: Blok C dan Blok D. Wilayah Desa Pandan Lagan berada dalam Kecamatan Muara Sabak, kemudian beralih ke Kecamatan Mendahara, dan pada akhirnya ditetapkan menjadi bagian dari Kecamatan Geragai sebagaimana statusnya saat ini. Perubahan wilayah administrasi tersebut menjadi bagian dari proses perkembangan desa menuju bentuk pemerintahan yang lebih teratur dan terarah. Saat ini, Desa Pandan Lagan terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Margo Dadi, Dusun Margo Mulyo, dan Dusun Margo Yoso, dengan total 15 Rukun Tetangga (RT). Struktur sosial masyarakat yang terbagi dalam dusun dan RT ini memperkuat hubungan antarwarga, serta menjadi wadah penting dalam melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan, baik di bidang pembangunan, sosial, maupun budaya.

Bapak Tohirin sendiri dikenal sebagai tokoh penting dalam perjalanan desa, karena beliau telah menjabat sebagai staf KUPT pada tahun 1982-1987, 1987-1997 menjadi Sekretaris Desa (Sekdes), tahun 1997-2016 kaur pembangunan, 2016 sampai sekarang sudah tidak bekerja. Peran beliau dalam merumuskan identitas desa melalui nama Pandan Lagan menjadi catatan sejarah penting yang diwariskan kepada generasi penerus. Dalam bidang kesenian, Desa Pandan Lagan memiliki sejarah kesenian yang cukup menarik. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an, masyarakat mengenal kesenian Musik Seni Riah dan Orkes Melayu Citra Mulia, yang sempat menjadi hiburan dan kebanggaan desa, namun kini sudah tidak aktif lagi.

Pada tahun 2018, muncul sebuah kesenian Hadroh mulai hadir meski sempat vakum, hingga akhirnya pada tahun 2020 kembali aktif dalam proses latihan dan menjadi bagian dari identitas seni budaya desa. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Pandan Lagan memiliki tradisi seni yang terus hidup dan berkembang sesuai dengan dinamika masyarakatnya meskipun kesenian yang ada pada desa ini merupakan tranmigrasi. Ke depan, desa ini berkomitmen untuk mengembangkan potensi kesenian, budaya, dan ekonomi lokal sebagai daya dukung pembangunan berkelanjutan. Dengan semangat kebersamaan, desa Pandan Lagan siap bertransformasi menjadi desa yang unggul, mandiri, dan siap berdaya saing.